Thursday, November 22, 2007

Dengan seorang teman

Hmm, membaca salah satu tulisan teman tentang cinta (dan dia memang senantiasa menulis mengenai cinta. U know who you are!), kadang pikiran ini kembali tergelitik.

Andaikata cinta memang sesuatu yang utama, anugerah dari Yang Kuasa, tapi norma pun masih memainkan perananannya. Ada cinta tulus yang kucari, tapi tak dapat kuperoleh. Di sisi lain, ada lagi cinta tulus yang menghampiriku, tapi tak boleh kuraih. Ironis bukan?

Jadi, adakah sang norma sosial yang telah mengukung keberadaan sang ultimate being? Ataukah memang perwujudan itu bukanlah sang cinta nan agung sendiri?

Ada lagi seorang teman yang bertanya kepadaku, "Pernahkah kau jatuh cinta?"

Aku menjawab, "Pernah!"

Dia pun kembali menyahut, "Memang, tidak ada orang di dunia ini yang belum pernah jatuh cinta. Jatuh cinta itu sebuah anugerah dari Tuhan. Itu perasaan terindah yang diberikan Tuhan kepada manusia!"

Aku kembali berpikir, bagaimana jika cinta itu sendiri berbenturan dengan apa yang diharapkan? Keluarga? Teman? Lingkungan?

Mendengar jawaban itu, dengan usil kuajukan pertanyaan, "Lalu, apakah kau sedang jatuh cinta, teman?"

Ia menundukkan kepalanya lesu, "Tidak, aku belum siap untuk sakit lagi!"

Sama, teman! Sama! Tapi, jika cinta itu anugerah terindah dari Tuhan, kenapa ia bisa memberikan rasa sakit ini?

Terlebih lagi, kau memeluk cinta yang mendatangimu erat karena memang itulah dirimu, tanpa ada pilihan yang lain lagi. Sementara di hadapanku masih terbentang jalan lain. Mungkin sebagai seorang pengecut, aku masih belum berani mengambil resiko itu demi meraih sang cinta. Atau mungkin lagi, aku belum berani beranjak dari comfort zone-ku dan menanti cinta yang lebih aman. Kalau sudah begini, apa artinya Cinta??

2 comments:

Anonymous said...

ini hatiku,
aku melihatmu di persimpangan
dan berpikir dengan keras
bagaimana dengan berdiri bersamaku?
kemari, tinggalkan persimpangan itu sejenak!
jadilah pilar bersamaku, di sini, tidak beranjak,
karena itulah peran dari pilar-pilar kuil,
satu pilar berbagi beban dengan pilar yang lain,
Aeschylus.

Chrysogonus said...

Bagaimana mungkin aku menjadi pilar?