Saturday, December 29, 2007

Two days ago, on some occassion, I met this couple, who have been living together for 7 years. Darn, that is quite a long time. Yet, this fact tickling me, that there is slight chance of the couple to be able to survive throughout the whole 7 years........ That there might be a future for that relationship.

Kadang, aku terlalu capek dengan semua keadaan ini. Mungkin memang benar apa yang dikatakan seseorang di sebuah forum online di dunia maya ini. Mempunyai kesempatan untuk memilih kedua jalan ini justru tidak membuat semuanya lebih ringan, tetapi justru dua kali lebih berat.... Kadang, kehidupan ini memamng memmbutuhkan kepastian, dan ketidakpastian memang akan membuat semua ini lebih berat.

Hanya satu yang pasti, aku tidak ingin menjalin sesuatu yang sama sekali tidak memiliki masa depan........

Thursday, November 22, 2007

Cinta yang termediasi

Terlalu banyak film-film dan roman-roman picisan yang mengumbar kata-kata cinta. Dan mereka telah merasuk dalam ke pikiran masyarakat. Dengan demikian, konsep mereka tentang cinta diperoleh dari hal ini.

Jadi, masih murnikah cinta yang termediasi? Atau "cinta" hanyalah sebuah kata yang dengan murah terlontar demi sebuah "kepatutan"?

Dengan seorang teman

Hmm, membaca salah satu tulisan teman tentang cinta (dan dia memang senantiasa menulis mengenai cinta. U know who you are!), kadang pikiran ini kembali tergelitik.

Andaikata cinta memang sesuatu yang utama, anugerah dari Yang Kuasa, tapi norma pun masih memainkan perananannya. Ada cinta tulus yang kucari, tapi tak dapat kuperoleh. Di sisi lain, ada lagi cinta tulus yang menghampiriku, tapi tak boleh kuraih. Ironis bukan?

Jadi, adakah sang norma sosial yang telah mengukung keberadaan sang ultimate being? Ataukah memang perwujudan itu bukanlah sang cinta nan agung sendiri?

Ada lagi seorang teman yang bertanya kepadaku, "Pernahkah kau jatuh cinta?"

Aku menjawab, "Pernah!"

Dia pun kembali menyahut, "Memang, tidak ada orang di dunia ini yang belum pernah jatuh cinta. Jatuh cinta itu sebuah anugerah dari Tuhan. Itu perasaan terindah yang diberikan Tuhan kepada manusia!"

Aku kembali berpikir, bagaimana jika cinta itu sendiri berbenturan dengan apa yang diharapkan? Keluarga? Teman? Lingkungan?

Mendengar jawaban itu, dengan usil kuajukan pertanyaan, "Lalu, apakah kau sedang jatuh cinta, teman?"

Ia menundukkan kepalanya lesu, "Tidak, aku belum siap untuk sakit lagi!"

Sama, teman! Sama! Tapi, jika cinta itu anugerah terindah dari Tuhan, kenapa ia bisa memberikan rasa sakit ini?

Terlebih lagi, kau memeluk cinta yang mendatangimu erat karena memang itulah dirimu, tanpa ada pilihan yang lain lagi. Sementara di hadapanku masih terbentang jalan lain. Mungkin sebagai seorang pengecut, aku masih belum berani mengambil resiko itu demi meraih sang cinta. Atau mungkin lagi, aku belum berani beranjak dari comfort zone-ku dan menanti cinta yang lebih aman. Kalau sudah begini, apa artinya Cinta??

Potret sang Mahasiswa Pintar!...........

Mengambil dialog dengan seorang teman yang sangat pintar, dengan IPK 3,92 hingga semestre 7. Dia sangat pintar, dengan nilai nyaris sempurna di hampir semua mata kuliah.

DIALOG I
> Kuliah apa, George (Nama disamarkan!!!)
>> Wah, habis ini Prose I. Aku males nih. Ga bisa interpretasinya, mana bu dosen cuma kasih teori-teori yang ga jelas. Kenapa dia ga nginterpretasiin buat kita? Jadi kita tinggal ngapalin aja..

DIALOG II
> Hobimu apa ta?
>> Aku hobi baca buku, tapi ndak suka baca novel!
> La, katanya hobi baca, masa teorinya Vygotski ndak tau?
>> Aku ndak baca buku kaya gitu!
> La, kamu hobinya baca apa?
>> Ya buku yang dikasih sama dosen.............

Jadi, apa kesimpulannya?? Sampai manakah pendidikan Indonesia?? Satu tanggapan, KORBAN SISTEM!!!!!!

Thursday, September 06, 2007

Sometimes (errr, actually averytime) life is so fucking unfair. And the last example was the IELSP programme. Well, I did apply for it, together with some of my friends. The thing was, some of them were suddenly spiritless to join this programme. And I was the one encouraging her to keep joining. I even helped her to finish the administration thingy, like asking for a stamp and such. Or should I say, I did most of the things she needed to do. Picking her, lending her my application form, sending her message, etc.

Now, the announcement day came. I was so nervous and obsessed (which I regard as the sign of my failure. It always like this. When I became obsessed, it means that I won’t get it). Well, my prediction is true. I didn’t get the scolarship. But surprisingly, she got it. I’m so damn jealous! Really! It was me encouraging her! I kept thinking, what will happen should I not encourage her. Probably my chance. But on the other hand, she is my best friend. I couldn’t help not to feel the joy she feels.

Funny! I’m so sad, and try to hold my tears for long, and suddenly bursted it in my own lonely room. Yeah, I cried and asked GOD, what did I do to deserve this? I shouted at HIM, asking HIM, of giving me this fucking life. But as usual, nothing came directly.

But GOD is indeed there. He gave me a very good sleep. Tight one. When I woke up this morning, I realized, it was my part to do the encouraging. What I did was not useless. Probably, things won’t be mine this time, but it shall. One day........... I have my own part. I have my role to fulfill, and HE knows what is good for me. It is HIS plan, not ours.

So, what is the conclusion? Well, I’m still bit jealous (normal, eh?). But I believe, I am meant for something else. Later. GOD knows what is good for me. Fo Riri, Ganbatte, nee-chan!

Tuesday, July 31, 2007

Aku memang mencintai mengajar. Sejak diserahi tugas untuk membimbing anak-anak debat SMA 2 Yogya, rasanya mengajar membuatku mendapatkan adik-adik baru. Aku merasa sangat dekat dengan mereka, dan demikian pula mereka.. Ada hubungan khusus yang terbina antara kami semua, baik dengan veteran, maupun dengan semua anggota baru yang terus ada setiap tahunnya. Tadinya, kukira itu hanya karena aku tidak termasuk di dalam konteks formal kepengajaran....

Akan tetapi, hubungan itu ternyata sudah menjadi sebegitu eratnya, sehingga aku merasa sangat tidak tega untuk melepaskan mereka semua. Terbersit perasaan tidak rela untuk pergi dari mereka, dan melihat mereka diasuh oleh orang lain.

Hal yang sama ternyata terjadi juga padaku dalam PPL semester ini. Walaupun aku hanya masuk ke dalam kelas mereka selama seminggu, rasanya sudah ada perasaan keterikatan yang terbentuk antara diriku dan mereka. Gosh, I really love teaching!!!!

Sunday, July 22, 2007

Hhhhh, kau terlalu mirip dengan ibuku...... Menyebalkan dan terlalu banyak mengatur. Maksudmu ingin menyayangiku, tapi kau telah menginjak kuncup tunasku yang sedang berkembang!

Superheroes : From the Earthbound Angels to Heroes

When we heard the word “Superhero”, I’m quite sure that the first picture coming into our mind is almost mostly the legendary Superman. It is an inevitable fact that this character has placed himself as the earthbound angel, ever since his creation by Jerry Shuster in 1930’s. Begin in Action Comics #1, Superman has grown and develop many kinds of superpower, and once possessed all the other superheroes’ power, like running as fast as the Flash, time travelling like Rip Hunter, or even super strength and invulnerability. Thus, the word man in his name became redundant, for he appeared in front of us as “the God” before a man.
This almighty superhero was later retroactively revised by eliminating some of his ridiculous powers. But, once the image has been formed in people’s mind, it is hard to change the stereotype and the stigmatization. For most people, this hero is still the earthbound angel (even later, the infamous Alex Ross placed Superman as the symbolism of Jesus Christ in his most famous story, Kingdom Come). No flaw has been depicted in Superman’s myth for long (other than Kryptonite), and hence really smoothen his way to achieve God-like position, far from any other man. At this point, even Clark Kent is often depicted as Superman’s alter ego, which is so reversed.
Good guy, boy-scout like, man without flaw…………………… And thus come his dawn, when more and more human-like heroes emerged into the comics. The heroes with their own flaws and humane touch, humane problem, psychological stuff, and more. In short, heroes closer to human.
This emerged-later heroes are depicted with the flaws beyond their power. Okay, the classic one is Cyclops, with his “abnormal” eyes, or Wolverine with his enigmatic persona.
This way, the characterization of the heroes seemed real, or at least more real than those earthbound angels. We can see their own self, the human before the heroes, with all their problems. We can see the lover before Cyclops, or the loner before Rogue. Not to mention the regret and dark past of Gambit, the geek’s life of Peter Parker before Spiderman. This is much more real than the flawless Superman (with the power to create his miniature, duh!) and perfect woman in Wonder Woman’s character. (Yet, DC is not really behind this, for they also have Batman, whose development relies on his trauma and dark past, but even he has been depicted as cool and expressionless character, and thus also separating himself from the real world).
FYI, I’m talking about the DC’s Trinity traced back as their appearance in Golden Age and Silver Age Comics (with their silly sidekick, duh! Ace the bat Hound?? Streak the super cat????? What the heck??????)
Now, stepping into the more realistic character development, something is still hindering them from coming out into reality. Yup, you’re right. It’s the cape and spandex! Okay, it looks great on them in comics (not in reality…… Imagine you see Wolverine wearing his yellow costume, taking a walk in street…. You’ll certainly say that he’s crazy!). Hey, I don’t want to argue upon the costume, for I also like seeing Black Canary’s fishnet, but the point is, Spandex makes them unreal (for some, though!). Umm, for the comparison, try to watch Stan Lee’s Who Wants to be Superhero? It’s so unreal and unearthly seeing the characters among “us”, eh?
Therefore, when I first saw Heroes, I was very astonished. WTF!!!!! It’s all about superheroes….. Human life before heroes’ lives. No secret identity, no spandex, no silly power, no flawless character, with daily problems, family affair, and human drama.
Peter’s inability to control his power, Claire’s teenage problem, Nathan’s political affair, and even Hiro’s innocence certainly allow us to tap the bridge between reality and fantasy. This is one step closer to bring superheroes into reality. Congratulations, Jeph Loeb and Tim Kring!!!!!!

Tuesday, July 10, 2007

Secangkir Kopi

Secangkir kopi hangat itu hadir di sampingku, menemani diriku menghabiskan sore hari nan jingga ini. Asapnya mengepul, sementara cairan hitam pekat itu bergulung-gulung dan berputar di dalam cangkir keramik putih itu. Aromanya melayang, merangsang dan membelai hidungku,seolah mengundangku untuk segera menghirupnya.
Jemariku bergerak maju meraih telinga cangkir itu, mengangkat dan mendekatkannya ke depan bibirku. Perlahan-lahan, air hitam nan hangat itu mengalir membasahi bibirku, membelai sang lidah, dan bergerak menuruni tenggorokanku. Ia meninggalkan rasa pahit yang khas, karena kopiku memang hanya menggunakan sedikit sekali gula. Hanya sebagai pengurang rasa pahit yang terlalu pekat. Sementara sang bayu senja menghampiri menyenandungkan siulan jingga ke telingaku, cawan kopiku kembali menyangga cangkir itu.
Ah, kopi! Minuman yang pernah sangat kubenci. Pahit, panas, dan tidak memberikan energi tambahan bagiku. Pernah suatu kali aku membuat kopi karena aku harus bekerja lembur, tapi tetap saja aku sudah tergeletak tak berdaya di atas meja kerjaku.
Tidak habis pikir aku, kenapa ada orang yang menyukai kopi! Apa yang mereka dapatkan dari rasa pahit nan mendalam itu?
Pahit tidak enak! Pahit itu menyebalkan! Begitu pikirku pada waktu itu.
Tapi aku menyadarinya sekarang, bahwa ada sebuah misteri yang tersimpan di balik rasa pahit sang kopi. Secangkir kopi tidak lain dan tidak bukan adalah lukisan kehidupan sang manusia.
Aku mulai menikmati pahitnya kopi, semenjak aku merasa muak dengan gula dan minuman manis lainnya. Mereka membuatku mual. Kadar kemanisan mereka sangat tinggi. Terlalu manis itu tidak enak.
Pahitnya kehidupan manusia terangkum dengan sangat jelas di dlam secangkir kopi. Karena itulah aku mulai menyukai kopi, sejak aku merasa mual dengan semua hal indah di dunia ini.
Aku hanya mampu melihat hal-hal manis di dalam dunia, tanpa sedikitpun mampu mengecapnya. Dan, dunia pun menyimpan hal-hal pahit tak terduga. Tanpa adanya hal-hal tersebut, manis tidak akan pernah terasa manis.

Thursday, June 28, 2007

Rough Night

Rough Night, with all the sweat and screwing mind..... Hot, sweatening, and chaotic... I woke up with uneasy mind. God, what a rough night!!!

Wednesday, June 27, 2007

I just wanna be alone..............

Profesionalisme

Proffesionalism is truly hard to achieve. I hate people with blabbering mouth in the start, with big idealism, but when they reach the end, they turned all the chances down! What the heck with Spirit, Passion, and Determination???? Damn you!

PS : For someone, you're not the "mother of my baby" anymore! There's no more Seto!

Thursday, June 07, 2007

Tangis sang Anak Bajang

Ibu,
aku takut.........
mereka datang dengan seribu gunting
dengan mata nyalang bagai api neraka

Ibu,
mata mereka tak lagi seperti dulu
ketika mereka melihatku sebagai warisan
bagian dari kebudayaan mereka

Mereka mengguntingi rambutku
mencuci rambut gembelku
sambil meneriakkan nama Tuhan,
seolah itu menjadi pembenaran atas tindakan mereka

Ibu, aku takut
rambut ini digunting tanpa persembahan
dan dicuci tanpa doa
hanya dengan sebutan nama Tuhan mereka

Pakde mencabik-cabik kepalaku,
Mbak Sri mencakari rambutku dengan sabun,
mencoba meluruskan kegembelanku
yang belum waktunya lurus

Ibu,
kenapa kau hanya diam menangis?
kenapa kau tidak bertindak?
kenapa kau hanya terpekur?

Aku takut, bu!
Mereka menutupi kepalaku
dengan kain putih
menyembunyikan rambut ini

Mereka menggumamkan mantera yang tak kupahami
menyanyikannya dengan riang,
seolah itu lagu nina-bobo
tapi aku tetap takut.............

Bu, kumohon
jangan biarkan aku sendiri
menanggung murka dari sang raja
karena kesalahan mereka

Miris hatiku mendengar cerita
masa lalu ketika sang anak bajang
disanjung dan dipuja
bagai dewa dan titisan raja

Kini, sang anak pusaka
tidak lagi berharga
tertelan bersama dengan budaya
tergilas oleh apa yang disebut agama

Apakah agama itu, bu?
aku tidak tahu!!
kenapa mereka hendak menghancurkanku?
melumat budaya pusaka kita bersamaku?

Apakah agama itu, bu?
yang atas namanya orang memukul?
yang deminya saudara membunuh?
yang baginya rambutku digunting?

Biarlah,
aku menjadi yang terakhir!
Biarlah, tak ada lagi anak bajang yang terlahir
agar hilang pula warisan darah bangsawan
dan tanda keningratan yang telah tertekan

Biarlah, hanya aku
sang anak bajang yang diperlakukan bak jalang
dan dihinakan oleh para pecinta agama
serta diinjak oleh tekanan kaki dogma-dogma

Biarlah aku menjadi yang terakhir
dan janganlah ada anak bajang lagi.......


Sudah lama berselang tidak ada lagi keberadaan anak bajang di Dieng. Semua sudah berselimut kain, tanpa pernah ada upacara pengguntingan rambut sang anak bajang. Entah, memang benar tidak ada lagi anak bajang yang dilahirkan? Atau mungkin semua anak bajang yang lahir tidak lagi diperlakukan seperti dulu? Heh, hilang sudah satu lagi karakteristik Indonesia umumnya, dan Dieng pada khususnya. Inilah salah satu bentuk represi religi terhadap budaya. Kapan orang Indonesia bisa melepaskan politisasi religi? Dan memisahkan religi dari aspek kehidupan yang lain???

Elang

Elang yang terbang tinggi dan senantiasa melayang jauh di angkasa pun akan merasa lelah dan merindukan sangkar dimana ia dapat meringkuk beristirahat.

Thursday, May 24, 2007

Dekonstruksi Tuhan

Dekonstruksi ada dimana-mana, dan hampir semua aspek kehidupan telah didekonstruksi. Pertanyaannya, beranikah kita mendekonstruksi Tuhan?

Monday, May 21, 2007

Lemah

Aku tergolek lemah di atas tempat tidurku, tak mampu untuk menggerakkan ujung jariku sekalipun. Beban yang sedemikian berat menimpa atas dadaku telah menghambat aliran udara yang berputar di dalam paru-paruku, terbelenggu sedemikian rupa oleh hasrat, nafsu, dan perasaanku sendiri.
Rasa itu muncul dengan begitu saja, dan ia telah datang dengan perlahan, mencoba untuk terus memasuki hidup dan hatiku. Aku menolak membiarkannya masuk lebih lanjut lagi, karena aku sendiri mengetahui batas-batas dari kemampuan jiwaku. Sekali aku memasukinya, there is no way out! Aku tahu itu, tapi sebelah kakiku telah terperosok jatuh. Ia telah melelehkan topeng es yang selama ini kukenakan dihadapannya, walaupun hanya untuk beberapa saat. Beberapa saat? Pentingkah itu? Karena ia telah berhasil melihat wajahku yang sebenarnya. Ia tidak lagi melihat orang lain, tetapi apa yang ada di balik topeng beku itu. Selama sesaat, I let my guard down.
Sungguh, aku takluk justru karena kebesaranku sendiri, kejantanan yang selama ini kubanggakan. Ia menyentuh bagian dari egoku, kesadaran yang senantiasa tertanam dan berakar jauh di lubuk hatiku untuk melindungi yang lemah. EGO! Ego untuk selalu memberi perlindungan dan kehangatan kepada insan bergeliman kesusahan, yang timbul karena kesadaran dan memoriku sendiri atas apa yang tidak pernah kuperoleh. Aku tidak bisa memperolehnya, maka aku pun memutuskan untuk membagikannya, sehingga tidak ada orang lain yang bernasib sepertiku. Siapa sangka, pikiran sebajik itu bisa dimanfaatkan dan justru menjadi kelemahanku.
Ia mengetuk tepat di situ............. Dan deritanya tidak lagi bisa tertahan. Hanya dalam sekejap, ia membangkitkan kembali pertempuran abadi yang selama ini kukubur jauh di dalam relung hatiku. Sekarang, peperangan besar itu kembali berkobar di dalam hati dan jiwaku. Dengan kelemahannya, ia menyulut kembali kekacauan batinku.
Hhhhh.......... Satu harapanku untuk mengatasi ini. Ada satu kemampuanku yang sudah terasah cukup lama, dan kini menjadi harapanku untuk membunuh sang jenderal. Represi..............
Sulitkah? Ya, tapi tidak mustahil. Pertempuran baru saja dimulai.........

Wednesday, May 09, 2007

Cengkeraman.......

Baru saja aku menyaksikan satu pasang insan manusia berlainan jenis yang bergenggaman dengan erat di dalam sebuah bilik sempit sebuah warung internet. Sang wanita tampak seolah mencengkeram bahu pasangannya, bagaikan tidak ingin terpisah, sementara sang pria tetap saja memfokuskan matanya ke arah monitor komputer, sembari sesekali mengomentari sesuatu. Mereka duduk persis di bilik depan bilikku.

Menyaksikan itu, aku sedikit miris, dengan kesendirianku selama ini. Tapi, hal lain adalah kegelian yang timbul ketika menyaksikan cengekeraman erat sang wanita. Jauh dalam hatiku, timbul kembali kenangan-kenangan akan saat-saat dimana aku mencintai seseorang, dan tidak ingin melepasnya. Akan tetapi, pada akhirnya, aku tetap harus berpisah demi kebaikan kami semua.

Tidakkah wanita itu tahu, bahwa tidak seharusnya ia menjaga dengan begitu eratnya agar si lelaki tidak pergi? Apabila si lelaki hanya bertahan karena cengkeraman wanita itu, maka tidak pernah ada sebirat ketulusan di dalam hatinya. Mungkin terlalu naif bagiku untuk mengomentari masalah ini, dengan semua ketidak berpengalamanku...... Tapi, cinta memang akan menyatukan. Dan untuk menghargai kebersamaan, kita harus selalu menyadari bahwa setiap perjumpaan pasti akan diakhiri dengan sebuah perpisahan. Lalu, tidak bisakah kita menghindari perpisahan tersebut? Tidak..... Cepat atau lambat kita pasti akan berpisah, jadi, mengapa harus mencengkeramnya dan menghindarkannya dari kebebasan dan kefleksibelan? Tanpa cengkeraman, toh cinta tetap akan menyatukannya. Ketika memang harus berpisah, relakan saja..

Mungkin terdengar sedikit basi, tapi aku tetap percaya bahwa cinta tidak harus saling memiliki. Cinta adalah menginginkan apa yang terbaik bagi orang yang kita cintai, walaupun itu kadang berarti bahwa kita harus rela melepasnya.......

Monday, May 07, 2007

A Tribute to Roger Long

This post is specially dedicated to the late Mr. Long, Roger Long. A good friend, a good teacher, lecturer, and boss.

Roger Long.... I just knew him 6 years ago, when he worked together with my Dad for certain research. My parents get close to him, but not me... I never saw his face, only being the facilitator for my parents to send him email. I never thought, from the email, we grew closer each day. He even brought me book that I've been looking for, a book on Skandinavian Myth. Okay, not exactly what I wanted, for I wanted to know more about Woden, Thor, Valkyries, and things. But, what the hey? We never met before, and on the first meeting, he gave me that book?

We had quite discussion, and always had dinner together everytime he came to Indonesia. We invited him to our house, and sort.

He's very grateful for having us as a family, and thus even gave house some ammount of money, either to use it to visit him, bought a new car, or for educational purposes. But, after having several family meetings, we decided to use the money to buy house, as a monument of him.. And, that house is the house in which I am living now...... So, I live inside your monument, sir!

But, that was not the most valuable thing. The most valuable things that he gave me is the experience. I worked for him as the research assistant for 3 months, (with good salary, of course, but it doesn't matter). This experience add up my dignity, my bargaining position in CV, and things.....

So, when yesterday I heard the news that he passed away, you can imagine how sad I am.. But, according to Bu Lanny, he is my teacher. And a teacher will never die. For part of my teacher is living in me, and will continue living as I pass the knowledge that I got from my teacher.

So, sir.... Mr. Long.... Roger Long..... Pak Roger...... Your physical body may perish, but your very being is living inside your students, including me.... And you will still continue living as we pass our knowledge.. You will never die!!!!!!

Tuesday, April 24, 2007

Serpihan diriku

Aku masih belum bisa menyatukan ketiga serpihan dari diriku, karena mereka masih saling mendominasi dan bekerja bertentangan. Masing-masing mengambil alih yang lainnya dan mengerjakan sesuatu yang bertentangan.
Chrys yang masih bersikeras untuk hidup sendiri, menjadi seorang workaholic. Menjadikan pekerjaan sebagai pelarian dari semua masalah. Yang selalu merasa muak dan benci melihat apa yang dikerjakan Ali. Muak pada apa yang disukai Ali. Bahkan sampai muntah-muntah melihatnya. Yang mencoba untuk menutup dirinya sendiri, menyegelnya dengan segala trauma dan ketakutan akan kesakitan. Berpenampilan rapi, konservatif, dan necis........
Siddha yang masih kukuh memegang impian masa kecil, untuk memiliki sebuah keluarga bahagia. Yang masih mencoba mencari sebuah cinta, memilikinya untuk pertama dan terakhir kalinya, dengan sangat naifnya! Yang masih memuja wanita lugu dan lembut, dan tidak pernah bisa berpisah dari kenangan cinta pertama. Masih dengan lembutnya memberikan perhatian kepada siapapun yang membutuhkan. (Ini hal aneh yang akan diherankan oleh orang-orang yang mengenalku sebagai Chrys!) Dengan lembut akan memberikan jaketnya kepada seorang wanita kedinginan. Yang dengan naifnya merindukan peluk hangat persahabatan dari seseorang. Tidak pernah peduli akan penampilan dan baju luar. Selalu dengan cueknya memakai baju yang tidak pernah sesuai.
Ali, yang masih dengan kokoh menjadi kutub berbeda dari Chrys. Yang merindukan kobaran nafsu, dan menginginkan seseorang tanpa mencintai dan menyayanginya. (Kontras kan dengan apa yang diinginkan Siddha). Ali is driven by lust and madness....... Yang dengan segala pesonanya dicintai dan diingini oleh banyak orang (yang tidak pernah disukai oleh Chrys dan Siddha), tetapi selalu menolaknya dengan sombong. Ali yang selalu berusaha untuk berpenampilan trendi, stylish, dan fashionable.
Entah kapan mereka bertiga akan kembali berdamai......... Entah kapan mereka bertiga akan kembali bersatu, membentuk sebuah kepribadian yang satu. Berhenti dari semua pertentangan mereka...... Mencintai orang yang sama, mengingini orang yang sama, dan (pada akhirnya) akan memiliki orang yang sama!

Diamdiamdiam

Pernahkah kau menginginkan sesuatu, kau inginkan dengan sangat, tapi pada saat yang sama, bagian lain dari tubuhmu menolaknya?

Pernahkah kau menyukai sesuatu, terangsang dibuatnya, tapi pada saat yang sama bagian lain dari dirimu membencinya, mual melihatnya?

Pernahkah kau merasakan kontradiksi di dalam dirimu, dimana satu bagian menginginkan sesuatu, dan bagian lain menginginkan hal lain yang berlawanan?

Pernahkah kau berusaha keras melawan dan membunuh bagian dari dirimu sendiri?

Mungkin kau tidak tahu..................
Mungkin kau tidak pernah mengerti......................
Dan mungkin juga.........................
Kau tidak akan pernah paham..........................
Rasa sulitnya berdiri di tengah-tengah.....................

Tenggelam dalam pertarungan dua pribadi
Di dalammu
Terjepit di tengah usaha dominasi
Dua bagian jiwamu


Hanya bisa diam
Berdoa dan merenung
Menanti kemenangan salah satu
Dan menyerah pada apapun yang diputuskan

Diam

Diam

Diam

Tunduk
Takluk
Diam
Mati

Diamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiamdiam

Friday, April 13, 2007

Hmm, just a random writing.......

I've been so very busy, and totally have no time for myself, to let my own fingers dancing on the keyboard and get my mind out of the closet. So, today when my class finish earlier, I decided to go online and let my fingers out for practice, though practically I have no idea about what to write. Umm, actually, I have so many things dancing inside my mind, seducing my fingers to open the gate for them. But really, I don't even have time for myself.......

Well, the first thing in my list is the existence of the new programme in campus. I don't know what was it called, Indowisata or sumthing. So, it was the programme where people from Aussie are visiting Indonesia, to learn more about Indonesia, to learn about the language, to learn about the CULTURE!!!!!! (Emphasis the last item!)Let's go on..... So, the campus has to provide people to accompany and assist them in their visit. And to my surprise, almost all of the chosen people are blind of jogjakarta culture. They don't even know the history of Kraton, or where Tembi is???????? WHAT THE FUCK????? Most of them are even people from outside Jogjakarta (Batam, Jakarta, Bali, etc...) Well, I don't say that I should be selected. Really, I have no time for that, but at least they can try to look for better people!!!

Move on to the next list (WHAT?? SO SHORT??? I dunno, probably my head is just overwhelmed with the idea, so that they can't flow freely)..... The flirty boy! Yeah, finally I got rid of his annoyance and disturbance! Non posed as my gf and called him, saying that she is iritated by his attitude, and asked him to try not to disturb me again with his horny messages. Well, I'm quite touched when he sais that he didn't want to be separated from me, but duh, I can't be his boyfriend. I still have my whole life in front of me, and I don't want to ruin it. My options are many and scattered, and I just need to look for it. It is one of the available option, but the rest are also many.

Still in relation with the previous paragraph..... (Uhuy!!!), I finally learn to accept myself, (well, not in term of coming out or sort, but not in denying myself, and my own condition. I found someone, whom I can talk to about the intimate experience, without any fright. She accept me the way I am, and encourage me to love myself more. And I did that, trying to love myself, accept myself the way I am......

After that long paragraph, I dunno why, everything starts to fade.... Well, my idea seems to stuck! So, let's end it here! C U!!!!!

Friday, March 30, 2007

On Writing!!!!

Wew, just read the announcement in my campus about the book launching and discussion. Well, so late, for the event was held last week, and I'm so not interested in the topic. Politics and Army! Wew, I hate Army that much, and I'm already fed up with politics, so I always skip that poster.

But, today, when I walk and sneak a peek on the poster, I saw one familiar name there, Femi Adi Soempeno. For one second, my heart feels like stop beating. I continue exploring the poster, and saw another familiar name, A.A. Kunto A. Both acted as the writers! And in an instant, my heart screamed, "What the $^#^#*!!!!!!!"

I know both of them, all are my colleagues (or seniors) in Bernas. They (and I, surely) really love writing, and both of them are working as writers, journalists. And now, they have achieved this much. On a second thought, I re-explore the poster, and see whether it was Sanggar Talenta's (Foolish thought! It had been dismissed several years ago!), but it wasn't! They wrote by themselves, and published under Galang Press.

Looking at their achievements, I can't help but wondering. How far have I achieved? Compared to them, I'm just nothin'! How I really missed writing, but my time is elsewhere. How I really long for the ecstacy and pleasure of the flowing idea, breaking through conventional rule, and just let my fingers dance on the keyboard. Miss my lunch, dinner, and breakfast, until I finished the composition.

I want to feel the joy of finishing Cyborg Romance, the satisfaction of finishing Interogator, and the orgasm of finishing Srikandi. The calmness and relieving when finishing Bhisma. I long for the unification between me and Josh in Cyborg Roman, missing my identification with Ali in Interogator, and speaking my mind through Srikandi........

God, I wish I had all the time in the world! To finish all my unfinished writing! How the hell am I supposed to finish Lentera Senja (the one with Gilang, Layung, Surya, etc!), how am I supposed to finish my perfection of Interogator?????

GOD!!!!! I long for writing!!!!!!!

Siddha!

Iseng-iseng aku buka Wikipedia. Ga ada kerjaan, aku search aja arti Siddha, (walopun dari dulu dah dikasih tau artinya ma bapak-ibu). N, begitu buka resultnya.......

A Siddha in Sanskrit means "One who is accomplished" and refers to perfected masters who have transcended the Ahamkara (Ego or I-maker), have subdued their minds to be subservient to their Awareness, and have transformed their bodies composed mainly of dense Rajo-tama Gunas into a different kind of bodies dominated by Satva. This is usually accomplished only by persistent meditation over many lifetimes.

A Siddha has also been defined to refer to one who has attained a Siddhi. The Siddhis as paranormal abilities are considered emergent abilities of an individual that is on the path to Siddhahood, and do not define a Siddha, who is established in the Pranav - the Aum, which is the spiritual substrate of creation. The Siddhi in its pure form means "the attainment of flawless identity with Reality (Brahman); perfection of Spirit."

Wao wao woa!!!! Apa itu??? What the........ Sial! Jauh banget! Person who has achieved oerfection? Edan! Jangankan jadi perfect being, kehidupan dan diriku aja super amburadul, masih ga jelas juntrungannya!

Mau nggak mau, aku teringat lagi akan kehidupanku, akan begitu banyak jalan yang kusesali! Akan keadaan diriku sekarang yang jauh dari sempurna! Akan kepribadianku yang sama sekali tidak bisa kutaklukan! Hahahaha, ironis banget! Jauh...............................

What the Heck!?!?!?!?!?!

Akhir-akhir ini, hari-hariku terlalu banyak hilang untuk permenungan demi permenungan yang secara spontan selalu muncul setiap kali aku merebahkan badanku di atas kasurku dan menatap ke arah langit-langit kamarku. Nggak tahu, waktuku sebenarnya harus kumanfaatkan untuk mengerjakan yang lain, tapi kegiatan ini senantiasa menyita semua perhatianku.

Pada waktu itu, seolah semua peristiwa yang telah kualami di dalam hidupku melintas begitu saja di depan mata, bagaikan sedang menonton kembali film lama yang diputar tanpa suara, bagaikan orang yang berada di ambang kematian.

Ada sebuah lintasan kesadaran yang tersirat setiap kali kejadian itu berlangsung. Sang lintasan itu membimbingku untuk kembali menjelajahi momen-monmen itu dan membandingkannya dengan kehidupanku sekarang. Sungguh, sangat berbeda! Sebuah keputusan yang kubuat di masa lalu, ternyata mau tidak mau akan mempengaruhi jalan yang kubuat di masa ini. Dan dengan bodohnya, aku memang tidak pernah memikirkan pilihan yang senantiasa kubuat. Aku hanya menyerahkannya kepada aliran waktu dan kesadaran yang ada. Begitulah aku selama ini terbuai dalam aliran lembut sang sungai waktu, membawaku entah kemana, hanya dituntun oleh instingku setiap kali harus mengambil sebuah keputusan.

Cukup banyak perubahan yang kualami ternyata. DAn selama ini aku adalah orang yang paling kekeuh untuk berkata bahwa aku tidak banyak berubah, tapi dunialah yang berubah. Nyatanya, semua itu salah! Dunia berubah, akupun berubah, tapi ke arah lain yang berlawanan dengan perkembangan dunia ini!

Signifikan, refleksi yang kudapat itu. Dalam beberapa hal, aku menyadari, bahwa apapun yang kupilih itu tidak bisa dirubah lagi. Mengutip kata-kata mas Ichwan (kakak kelas waktu SMP), "Nasi memang sudah menjadi bubur, tetapi apakah itu tidak lagi berharga? Tambahilah dengan abon, daging ayam, telur, maka jadilah sebuah bubur yang tidak kalah enak dengan nasi!"

PSetiap pilihan yang kita buat di dalam hidup mungkin memang bukan yang terbaik, tapi mau tidak mau kita harus tetap menjalaninya dengan menempuh segala resiko yang mungkin terjadi. Hanya dalam saat seperti itu, maka kemampuan adaptabilitas manusia akan dapat terbukti! Mungkin menjalani seperti itu sangat berat, tapi tidaklah mustahil. Justru di dalam derita, manusia akan membaja. (D'oh! Kok jadi kaya Bu Lani gini?????)

Di sisi lain, dari refleksi-refleksi tersebut, aku menyadari adanya eksistensi dari pengaruh psikologis. Mungkin memang subyektif, tapi setidaknya aku mampu mendiagnosa diriku sendiri dari efek-efek dan trauma psikologis yang terjadi. Tentang penyebab kenapa diriku sendiri berubah menjadi seorang pangeran kodok, sementara dulu aku memiliki citra sebagai seorang Prince Charming... (Ini bukan bullshit, tanya aja semua orang!)

Bagaimana aku pernah mengambil keputusan yang sangat keliru dan sangat kusesali untuk menjalin sebuah hubungan persahabatan ketika aku masih SMP! Bagaimana kejadian itu terus menerus menghantuiku, dan penyesalan akan kejadian tersebut masih tetap mengakar di dalam hatiku, walaupun aku sudah meminta maaf dan dimaafkan oleh Opa. Kejadian itu seolah menjadi initiation path untukku, yang mewarnai suasana batinku, yang bahkan membuatku berpikir bahwa aku sama sekali tidak layak menghadiri pemakaman opaku. Bahkan ketika kami harus melarung abunya, aku merasa tidak layak untuk membawa abunya ke pesisir. Ironisnya,dalam perjalanan pulang ke rumah, adikku sendiri yang dulu membelaku malah membuka masalah itu di depan keluargaku. Inilah yang membuatku mulai merasa bahwa aku sama sekali tidak berharga! Ouch, I wish I could turn back the time!

Tentang bullying dan hinaan yang dilontarkan teman-temanku kepadaku, bahwa aku bukanlah seorang lelaki sejati hanya karena aku tidak bisa bermain sepakbola dan tidak menyukai musik rock...... Mungkin aku memang sudah lepas dari hinaan itu ketika aku berpisah dengan mereka, akan tetapi aku sama sekali
tidak bisa lepas secara psikis darinya. Hinaan itu membentuk sebuah konsep di dalam diriku, mengenai bagaimana aku harus membentuk diriku sendiri.... Dan sepertinya, ini berlanjut pada tragedi yang lebih besar lagi. SHIT!!!!

Masih banyak lagi, dan semakin banyak keanehan di dalam diriku yang entah mengapa semakin jelas lagi juntrungannya! Gosh....... Aku semakin bingung dengan diriku sendiri!!!!!!!

Being a Man............

Being a man.... I think that is sentence served as the life principles of almost every man in the world. And, as a man, it also applies to me. And in the end, that principle is the one forming me the way I am, now!

This reflection is made when one of my friend, Dee, saw my boyhood picture, and give comment, "You were sweeter when you were a boy. When I see this pic, I instantly imagine a handsome young man with six pack belly! Unfortunately, you don't know how to take care of yourself!"
Not really surprised, for I have heard this kind of comment since long ago. But I don't know why, after that I started to recall my past, when I was a boy, handsome, cuter than now, with recent style (yeah, even hairstyle. I still remember when all the children and my friends started to imitate my hairstyle, bross and mandarin.....).
And now? I ended up like this. Being a man of mess.......

This point brings back another memory, when my friends in junior high called me sissy, because I can't even play football or having any interest in both football and rock music. Well, bullying sure have its own effect, destructive effect.
From that moment, I only wish to be considered as a man by them. And thus, the sentence, Being a man rooted deep down in my mind. I started to form an ideal man is the one with all their mess, far from style, lad, not using any beauty product, rough, frank, rude, and all those stuffs.
It was the beginning of my transformation, where I swore not to touch any beauty cosmetics, such as facial foam, facial scrub, anti acne, lotion, hand body, and even perfume!!!!! For me, it was not a man's thing!!!!! No way man, I wanna be a man, not a sissy.

But then, the world paradigm shifted. People started to recognize a metrosexual lifestyle, and thus it became widespread culture! Men started to take care of their own body! Body care products for men are everywhere. And yet, I still in my own paradigm, hence I was quite different from others.

And this started all my torture...........................

You're Fired

Have you ever watched The Apprentice? If so, then those words might ring a bell. Yup, those are words that Donald Trump says in the end of every show. And if we see, he looked so relax in saying so. But believe me, it's not as easy as it seems. I experienced one event where I have to "fire" one of my manager in SPD Class. Believe me, I feel very uneasy to do it!!!!! Suck! This is life!

You know what, having great responsibilty is not as easy as you think! The burden..... Gosh!! What are those people thinking when they appointed me as the president of SPD class! Like I don't have enough problems??????????

Thursday, February 08, 2007

Surat Buat Reza

Halo Za,
Ini surat dari Ali, temanmu yang tidak ada tetapi pada saat yang sama eksis juga di dalam dunia ini. Pasti kamu bingung, tapi jangan berhenti membaca ini, karena kamu akan menemukan penjelasan dari semua ini.
Aku tahu kamu menyayangiku, dan sudah cukup sering kau ungkapkan hal itu (walaupun aku selalu berusaha untuk tidak menanggapinya). Kau mencintai Ali Hermansyah, dan pada awal dulu, kau selalu berusaha menanyakan namaku yang sebenarnya. Dalam kejujuran, aku menjawab bahwa itulah namaku. Mungkin sekarang ada sedikit perasaan aneh di dalam benakmu, mengapa aku tega membohongimu! Tapi aku tidak bohong. Ali Hermansyah memang bukanlah diriku, tapi Ali Hermansyah jelas-jelas ada di dunia ini.
Bukan, ini bukanlah sebuah kasus dimana aku memiliki kepribadian ganda. Mungkin justru lebih tepat apabila hal ini disebut sebagai identitas ganda. Aku sadar bahwa aku menjadi Ali Hermansyah, sebuah fenomena yang tidak akan kaudapati pada penderita multiple personality lainnya. Kesadaran mereka senantiasa berganti setiap kali mereka menjadi pribadi yang lain. Ali Hermansyah adalah identitas yang kubentuk sendiri. Pada perkembangannya, identitas itu tumbuh lebih daripada apa yang sebelumnya aku bayangkan. Ali berubah menjadi orang lain, seolah memiliki jiwa sendiri.
Mungkin ini penjelasan paling masuk akal, kenapa aku tidak pernah menanggapi semua pesanmu yang mengatakan bahwa engkau menyayangi aku. Perlu kutekankan, Ali menyayangimu juga, Za! Andaikan Ali hidup dalam tubuhnya sendiri, ia akan menyayangimu dengan segenap jiwanya, dengan segenap hatinya. Takkan tertutup kemungkinan bahwa Ali mungkin akan menjadi kekasihmu. Mungkin pula Ali akan bersedia mempelajari bahasa Arab untuk menjadi lebih dekat dengan dirimu. Tapi itu tidakk terjadi...............
Kenapa? Karena sebagai Siddha, sebagai Chrys, aku tidak memiliki kapasitas untuk menyayangimu. Aku hanyalah seorang anak manusia yang tanpa sadar membuat identitas-identitas lain bagi diriku. Persona-persona lain yang ada di dalam tubuhku. Tapi persona-persona tersebut tumbuh di luar kendaliku, sehingga mereka tak ubahnya sebuah makhluk hidup sendiri.
Mengertilah dan maafkan aku, Za! Aku memang Ali, tapi di saat yang sama, aku juga bukan Ali. Ali adalah persona dalam diriku, yang memang mempunyai kapasitas untuk menyayangimu. Tapi dua persona yang lain tidak mempunyai kapasitas untuk menyayangimu!
Terakhir kali kita bertemu, kita berbicara mengenai tidak membohongi diri sendiri. Karena alasan itulah aku mengungkapkan apa yang sebenarnya ada. Karena kau menghargai kejujuran sebagai awal dari persahabatan, maka aku menuliskan ini bagimu.
Beberapa saat terakhir ini, muncul keinginan untuk membunuh diriku sendiri. Muncul keinginan untuk kembali menyatu menjadi sebuah persona utuh yang dulu pernah ada yang menjadi. Untuk itu, aku ingin membunuh diriku sendiri sebagai Ali, dan masih menyisakan dua persona lagi. Mohon maaf, karena keputusanku ini untuk membunuh Ali. Akan tetapi, keinginan untuk membunuh Ali itu sampai saat ini belum bisa terwujud, karena setiap kali ada kesempatan, Ali akan bertumbuh.
Maafkan aku, teman kheir. Kumohon kau masih bisa menerimaku, bukan sebagai Ali, tetapi sebagai seorang Siddha. Karena itulah tujuanku saat ini, untuk bisa kembali menjadi Siddha, walaupun Siddha akan senantiasa dibayangi oleh masa lalunya yang suram. Tapi, memang kita tidak akan pernah bisa melepaskan masa lalu. Tidak ada orang yang dapat maju tanpa merefleksikan apa yang sudah pernah terjadi.
Aku benar-benar minta maaf dan mohon doamu. Kuharap kau masih mau bersahabat denganku, sebagai seorang Siddha, bukan sebagai Ali. Wassalamualaikum wr.wb.


Chrysogonus Siddha Malilang

Splitted Personas

Splitted Personas

Just last night, when I stare at my ceiling (like I have no other works to do....), somehow I realize that what some people said is true, that I've been splitted up into three different personas.

Nope, it's not the case of multiple personality, for I had a full awareness when I was transformed into those different personas. I know and fully aware of what I did and what I said. Meaning, it's not different personalities, but it tends to be a different mask that I wear. But, the masks have grown more than I expected before, they outgrow me! And it seems that I don't have any control to those personas.

I realized, those personas were created by my ideal self and by a part of me who want to be different person. And thus, the persona of Franky was created on my elementary graduation. He survived only like a year, for I was aware that I didn't need him to be accepted by my community. I can be the same old Siddha, the 'prex' Siddha! Siddha (which actually should be pronounced Sidd-Hha according to Dr. Gigi)

As the time goes by, I changed the way I write my name, from Ch. into Chr. when I started wearing my glassess in Senior High. I did that on purpose, I admit. I thought that Ch Siddha had lived in denial for 4 years, by hiding the fact that he got that eye problem.

However I changed the way of writing, I didn't change much. They still called me Siddha, Doel, and even Siddhut (okay, I admit this as a proud name of mine!!!!!!). Problem started without I realized it when I decide to introduce myself as Chrys, which I meant only to be a different person with cooler name.... It worked! But without I realize it, the "Chrys" persona started to be influenced by my previous shaped persona, Franky. Chrys is like the ideal person that Siddha can't achieved!

The other persona, Ali, was created when I feel the need to conceal my real identity in certain subject matter (For some guys there, you know the reason!)

The last persona that I possessed (and thanks God it didn't grow, for I didn;t feel the urge to use that again) is Elang. And thankfully, I have left it behind.

Now, the problem emerge, when I started to get confuse with those three personas. Sometimes, there is this confusion, when I have to introduce myself. Be it Chrys? Siddha? Ali? And it seems that all of the personas have their own world!

Chrys for the post SMA' relation.....
Siddha for the pre College' relation
Ali for (should I stated it?? You know it by ytourself!).....

The main problem is, with my three splitted personality, I feel incomplete! It seems that some parts of my body (and soul) are not unified in a single being! Hiks! How should I emerge them once agaiN?????? It seems too late, and I can't undo those things!!!!