Tuesday, July 10, 2007

Secangkir Kopi

Secangkir kopi hangat itu hadir di sampingku, menemani diriku menghabiskan sore hari nan jingga ini. Asapnya mengepul, sementara cairan hitam pekat itu bergulung-gulung dan berputar di dalam cangkir keramik putih itu. Aromanya melayang, merangsang dan membelai hidungku,seolah mengundangku untuk segera menghirupnya.
Jemariku bergerak maju meraih telinga cangkir itu, mengangkat dan mendekatkannya ke depan bibirku. Perlahan-lahan, air hitam nan hangat itu mengalir membasahi bibirku, membelai sang lidah, dan bergerak menuruni tenggorokanku. Ia meninggalkan rasa pahit yang khas, karena kopiku memang hanya menggunakan sedikit sekali gula. Hanya sebagai pengurang rasa pahit yang terlalu pekat. Sementara sang bayu senja menghampiri menyenandungkan siulan jingga ke telingaku, cawan kopiku kembali menyangga cangkir itu.
Ah, kopi! Minuman yang pernah sangat kubenci. Pahit, panas, dan tidak memberikan energi tambahan bagiku. Pernah suatu kali aku membuat kopi karena aku harus bekerja lembur, tapi tetap saja aku sudah tergeletak tak berdaya di atas meja kerjaku.
Tidak habis pikir aku, kenapa ada orang yang menyukai kopi! Apa yang mereka dapatkan dari rasa pahit nan mendalam itu?
Pahit tidak enak! Pahit itu menyebalkan! Begitu pikirku pada waktu itu.
Tapi aku menyadarinya sekarang, bahwa ada sebuah misteri yang tersimpan di balik rasa pahit sang kopi. Secangkir kopi tidak lain dan tidak bukan adalah lukisan kehidupan sang manusia.
Aku mulai menikmati pahitnya kopi, semenjak aku merasa muak dengan gula dan minuman manis lainnya. Mereka membuatku mual. Kadar kemanisan mereka sangat tinggi. Terlalu manis itu tidak enak.
Pahitnya kehidupan manusia terangkum dengan sangat jelas di dlam secangkir kopi. Karena itulah aku mulai menyukai kopi, sejak aku merasa mual dengan semua hal indah di dunia ini.
Aku hanya mampu melihat hal-hal manis di dalam dunia, tanpa sedikitpun mampu mengecapnya. Dan, dunia pun menyimpan hal-hal pahit tak terduga. Tanpa adanya hal-hal tersebut, manis tidak akan pernah terasa manis.

1 comment:

Anonymous said...

http://pejalanjauh.blogspot.com/2007/05/girl-in-caf.html